Malam itu aku berteleku di bawah langit indah,
Bintang berkelip seakan tak ada penyudah.
Seperti mengerti akan sang jiwa yang resah.
Jika aku seekor burung,
Terbanglah aku menjauhimu.
Walau cedera sayapku,
Walau tiada arah tujuku,
Walau hilang tempat teduhku,
Terbanglah aku,
Menjauhimu.
Kerna kita langit dan bumi,
Kerna kita hilang chemistry,
Kerna kita tak punya apa lagi.
Aku bukan macam perempuan cantik,
Apabila duduk kaki disilangkan,
Bila berjalan dada didepangkan,
Punggung dilentikkan.
Bicaranya halus seperti udara,
Baunya macam bunga,
Bicaranya manis persis gula
Sempurna pada semua mata.
Aku pula perempuan kasar,
Yang bahasanya gila,
Yang duduknya kangkang,
Yang gelaknya lantang,
Yang bualannya tak mesra,
Yang bicaranya tak seindah tulisnya,
Yang pada semua mata,
Dia tak punya apa,
Dia bukan siapa-siapa,
Dia tak apa-apa.
Dan dia punya satu polisi,
Apa saja yang terjadi,
Bibir harus mengukir senyuman hipokrasi.
Supaya tak terpapar dek kisah yang ditangisi.
Maka jelaslah kenapa yang tahu aku cuma ketawa.
Dyra J.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment