Sunday, June 24, 2012

Potret Sisa



Diluar itu kondisinya buas.
Asyik saja manusia terlolos lalu culas.

Manusia-manusia yang culas,
sedang kamu dimanja, apa tidak cukup diberikan oleh kami laskar-laskar setia yang namanya jiwa dan raga?
Apa kalian tidak pernah puas?
Kasih cinta kami kalian lelongkan,
kasih cinta kami kalian hinakan,
kasih cinta kami kalian taburkan.
Persis benda tak berharga,
persis debu di jalanraya.

Dengarkan sini wahai kalian yang melayan kami seperti bajingan!
Di tempat yang terpaling gelap kalian tinggalkan cebis rekah hati kami,
ada cinta.
Di tempat yang terpaling palat kalian tinggalkan sisa patahan hati kami,
ada cinta.
Cinta kami untuk berkongsi cerita.
Berkongsi kisah hati yang lara,
bercerita yang hanya kami saja tahu aksaranya.

Lalu yang tinggal untuk kami sang-sang pencinta yang setia cuma apa?
Barangkali cuma hati yang sudah serpih.
Kami tidak culas,
kami jarang jadi buas.
Kami cukup dengan apa yang dihias;
hati yang tobek,
jiwa yang sompek.

Dan di tempat itu,
laskar-laskar itu pun bertemu.
Mencantum aksara,
Mengisahkan duka dan lara mereka bersama.


"setiap tulisan yang kau tulis adalah lukisan yang kau ukir di pohon duka, berakar lara, di hutan belantara." -Zulfikar Husin

Puisi oleh saya sendiri, potret oleh Encik Zulfikar Husin. Projek manusia gila kala duka menyapa mesra. Hahah.



Dyra J.

Saturday, June 9, 2012

Nota musika untuk sang pengait irama.

Dia sedang menyakiti kamu,
dia sedang membunuh kamu,
dia sedang menggali lubang untuk ditanamnya kamu,
dengarkan aku!

Kamu itu manis orangnya.
Kamu itu molek orangnya.
Kamu itu pujangga.
Sanggupnya dibiar dipijak segala,
semata dia yang bermuka cantik,
berbadan lentik.
Semata dia, kamu sanggupkan segala.

Dengarkan aku,
dengarkan aku,
dengarkan aku!

Aku ini kenal kamu,
aku ini selalu denganmu,
aku ini....

Sial!

Aku ini cuma alat musiknya,
yang dipegang diusap,
yang dicuci dilap.
Aku ini cuma alat musiknya,
setia mengeluarkan bunyi,
untuk tuannya si tak sedar diri,
yang sedang mentah-mentah diratah hati,
yang mudah-mudah menempah mati.
Aku cuma alat musiknya.


Melihat si dia yang kamu terlalu suka bersama dengan orang-orang yang kamu kenal benar cuma mahu melukakan si dia, pedih. Lebih menyedihkan, kamu cuma orang asing yang tak bisa berbuat apa. Malah, kamu sebenarnya, bukan sesiapa.


Dyra J.

Saturday, June 2, 2012

Aku perempuan yang,

Aku perempuan yang percaya
dunia ini penuh dengan rona duka.

Aku perempuan yang percaya
kebencian tegarnya pada dunia perlu diraikan bersama.

Aku perempuan yang percaya
perubahan itu tak perlu ada.

Aku perempuan yang percaya
dia sudah kehabisan porsi-porsi asmara.

Aku perempuan yang percaya
benci itu susur galurnya cinta.

Aku perempuan yang sudah malas menggagahkan jiwa.

Aku perempuan yang sibuk menyusun kata.

Aku perempuan yang tanpa sedar,
perginya dia
kerna aku puncanya.

AKU.


Dyra J.